Aliran Teori Belajar dipandang dari segi Psikologi
Secara garis
besar ada tiga rumpun dari teori atau aliran-aliran teori belajar menurut
pandangan psikologi yaitu teori Disiplin Mental, teori Behaviorisme, dan teori Cognitive
Gestalt-Filed.
a. Teori
Disiplin Mental
Teori
Disiplin Mental (Plato, Aris Toteles) menganggap bahwa dalam belajar mental
siswa didisiplinkan atau dilatih. Dalam mengajar siswa membaca misalnya, guru
pengikut ini melatih, “otot-otot” mental siswa. Guru-guru ini mula-mula akan
memberikan daftar kata-kata yang diinginkannya dengan menggunakan kartu-kartu
dimana tertulis tiap kata-kata itu.
Selanjutnya
mereka melatih siswa-siswi mereka, dan setiap hari diberi test, dan siswa-siswi
yang belum pandai harus kembali sesudah jam sekolah untuk dilatih kembali.
Menurut rumpun Psikologi teori Disiplin mental ini individu memiliki kekuatan,
kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah mengembangakan diri
dari kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi individu, proses pengembangan kekuatan-kekuatan
tersebut tiap aliran-aliran atau tiap teori mengemukakan pandangan yang
berbeda.
Jadi
belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-banayknya atau
sejelas-jelasnya pada kesadaran individu. Hal ini berkaitan dengan tanggapan
itu diperoleh melalui pemberian bahan sederhana tetapi penting dan juga
menarik. Sesungguhnya seorang anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari,
mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya sendiri. Artinya pendidik tidak
perlu melakukan intervensi yang berlebihan atau terlalu banyak turut ikut
campur mengatur anak, biarkan dia belajar sendiri, yang penting bagi guru
adalah perlu diciptakan situasi belajar yang permissif (rileks), menarik dan
bersifat alamiyah. Teori yang sangat berlawanan sekali dengan teori disiplin mental
aialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang
secara alamiah. Pengembangan-pengembangan teori ini adalah Jean J. Rousseau
(1712-1778), ahli pendidik Swis Hainrich Pestalozzi (1746-1827), dan ahli
filsafat, penemu pendidikan”
Kindergarten”
Friedrich Frobel (1782-1851). Para guru yang mengikuti teori ini, mula-mula
akan menunggu hingga siswa-siswa menyatakan keinginannya untuk belajar menbaca misalnya,
sebelum mereka mencoba mengajar siswa-siswa ini membaca. Guru-guru lebih
mementingkan perkembangan kematangan dari pada menanamkan
keterampilan-keterampilan tertentu.
Dengan
kata lain guru akan memberikan aturan-aturan pada siswa, lalu membicarakan
benda-benda atau makhluk-makhluk hidup yang telah dikenal oleh para siswa,
misalnya kucing, anjing, kuda, sapi dan lain-laninya. Kemudian guru menulis di
papan “KUDA” dan menerangakan kepada siswa bahwa kata ini menerangkan kuda.
Guru ini menginginkan terutama untuk membuat palajaran membaca itu menarik, dan
berusaha agar para siswa memperoleh gagasan-gagasan yang benar dari membaca.
Nama yang paling banyak dengan teori ini adalah Johan Friedrich Jerbat
(1776-1841), yang pertama kali mengembangkan psikologi belajar secra sistematis
dari teori tabularasa mengenai pikiran.[1]
0 comments:
Post a Comment