1.
Teori
hierarki kebutuhan (Teori Mashlow)
Teori motivasi yang paling
terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Tentang hakekat
manusia Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki satu kesatuan jiwa dan raga
yang bernilai baik, dan memiliki potensi-potensi. Yang dimaksud baik itu adalah
yang mengakibatkan perkembangan kea rah aktualisasi diri.
Ia membuat hipotesis
bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu:
1.
Fisiologis (Physiological)
yaitu kebutuhan dasar seperti:rasa lapar, haus,
seksual, dan kebutuhan fisik lainnya
2.
Rasa aman (Safety and security)
rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional
3.
Rasa memiliki atau Social (Belongingness and
love)
rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan
4.
Penghargaan (Esteem)
faktor penghargaan internal dan eksternal
5.
Aktualisasi diri (Self actualizatin)
pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan
diri sendiri
Menurutnya kebutuhan-kebutuhan
ini berkembang dalam suatu urutan hierarkis, dengan kebutuhan fisiologis
merupakan kebutuhan paling kuat hingga terpuaskan. Untuk dapat sampai pada
tingkat aktualisasi diri semua kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada tingkat
sebelumnya harus terpenuhi. Kebutuhan ini mempunyai pengaruh atas
kebutuhan-kebutuhan lainnya selama kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Suatu
kebutuhan pada urutan paling rendah tidak perlu terpenuhi secara lengkap
sebelum kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi menjadi aktif. Selain kebutuhan
pokok tersebut yang disebut basic needs manusia juga memiliki metaneeds sebagai
kebutuhan pertumbuhan seperti keadilan, keindahan, keteraturan, dan kesatuan.
Dan bentuk dari hierarki yang pyramid
menandakan bahwa semakin mengerucut ke atas maka semakin sedikit yang
mencapainya
Maslow memisahkan lima kebutuhan
ke dalam urutan-urutan:
a.
Kebutuhan fisiologis dan rasa aman
dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah
b.
Kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi
diri sebagai kebutuhan tingkat atas.
Perbedaan antara kedua tingkat
tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara
internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara
eksternal.
Teori kebutuhan Maslow telah
menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis
secara intuitif.. Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak
memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan
teori ini tidak menemukan pendukung yang kuat.
Kelemahan teori ini adalah bentuk
kebutuhan yang bertingkat atau hierarki, padahal kebutuhan seseorang itu belum
tentu harus bertingkat, bisa saja seseorang loncat kepada kebutuhan yang lain
bukan berdasarkan kebutuhan dasar atau dibawahnya dulu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih
tepat apabila berbagai kebutuhan manusia
bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa:
- Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
- Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
- Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh”dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
2.
Teori
Herzberg
Teori dua faktor atau higiene
dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg. Psikolog ini berkeyakinan bahwa
hubungan antara pekerja pada pekerjaanya merupakan hubungan dasar dan bahwa
sikapnya terhadap pekerjaan ini sangat menentukan sukses atau kegagalan pekerja
tersebut. Dalam penelitianya Herzberg menyelidiki pertanyaan “Apa yang diinginkan orang orang dari
pekerjaan mereka?” Ia meminta mereka
menjelasakan situasi situasi dimana mereka merasa baik dan buruk.
Dari hasil pengklasifikasian
respon respon, Herzberg mengambil suatu kesimpulan bahwa jawaban yang diberikan
responden ketika mereka senang berbeda dengan jawaban responden ketika mereka
merasa tidak senang.Tentu saja hasil ini cukup membingungkan karena jawaban
responden tidak konsisten dan situasional.
Herzberg sendiri dari hasil
perbedaan ini menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan hal ini.
Faktor pertama adalah faktor kepuasan kerja, yaitu faktor faktor yang
mempengaruhi langsung kepuasan kerja pekerja. Faktor kedua adalah faktor
ketidakpuasan kerja, yaitu faktor faktor yang mempengaruhi langsung
ketidakpuasan pekerja. Faktor pertama cenderung lebih kepada faktor intrinsik
karena ketika mereka merasa senang mereka mengkaitkanya dengan diri mereka
sendiri. Sebaliknya faktor kedua adalah faktor ekstrinsik karena ketika mereka
tidak senang, mereka cenderung menyalahkan faktor faktor dari luar seperti
lingkungan kerja. Intinya seseorang dapat termotivasi karena dihilangkannya
ketidakpuasan menjadi kepuasan.
Terdapat factor-faktor tertentu
yang diasosiasikan dengan kepuasan kerja yang sering sekali berhubungan dengan
isi (content factor) dan factor-faktor tertentu yang diasosiasikan dengan
ketidakpuasan kerja yang seringkali disebut dengan context factor.
Factor yang mempengaruhi kepuasan
kerja:
1.
Tanggung jawab (responsibility),
Besar kecilnya yang dirasakan dan diberikan pada
tenaga kerja.
2.
Kemajuan (advancement)
Besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat maju
dalam pekerjaannya
3.
Pencapaian (achievement)
Besar kecilnya tenaga kerja mencapai prestasi kerjanya
yang tinggi.
4.
Pengakuan (recognition)
Besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga
kerja atas kinerjanya
5.
Pekerjaan itu sendiri (work it self)
Besar kecilnya tantangan bagi
tenaga kerja dari pekerjaannya
Factor yang mempenngaruhi
ketidakpuasan kerja:
1.
Kebijakan perusahaan (company policy)
Derajat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja dari
semua kebijakan dan peratturan yang berlaku diperusahaan.
2.
Penyeliaan (supervision)
Derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan tenaga
kerja
3.
Gaji (salary)
Dreajat kewajaran gaji/upah sebagai suatu imbalan atas
hasil kerjanya (performance).
Pandangan Herzberg ini mencoba
meruntuhkan pandangan tradisional mengenai faktor kepuasan kerja. Pandangan
tradisional menyatakan bahwa lawan kepuasan kerja adalah ketak puasan.Tetapi,
ini tidak terbukti oleh penelitian Herzberg. Jawaban responden ketika puas dan
tidak puas memunculkan jawaban yang tidak bertentangan malah berbeda sekali.
Berbeda dengan pendapat Herzberg menyatakan bahwa lawan kepuasan adalah tiada
kepuasan dan lawan ketakpuasan adalah tiada ketakpuasan. Sehingga menyingkirkan
faktor faktor yang tidak memuaskan kerja dari suatu pekerjaan tidak harus menyebabkan
pekerjaan itu memuaskan dan memotivasi tetapi hanya menentramkan. Kepuasan akan
terasa setelahnya, ketika pekerja sendiri merasakannya seperti prestasi,
pengakuan, penghargaan dan sebagainya.
Melihat realita seperti ini dan
berkaitan dengan motivasi pekerja, Herzberg menyarankan kepada semua pemimpin
atau manajer apabila ingin memotivasi orang pada pekerjaanya maka, harus
menyingkirkan dulu faktor ketakpuasan. Setelah itu barulah manajemen menekankan
faktor faktor higiene untuk memotivasi seperti dengan pengakuan, tanggung
jawab, karir, prestasi dan lain lain. Dipilihnya faktor faktor tersebut untuk
memotivasi, karena dinilai oleh banyak orang faktor tersebut dapat memberikan
kepuasan untuk pekerja sendiri.
Sebagaimana teori motivasi yang
lain, motivasi dua faktor Herzberg ini juga bukan tanpa kritikan .Kritik
terhadap teori ini antara lain:
1.
Sebenarnya apabila kita kaji lebih dalam, teori
ini memberikan suatu penjelasan kepuasan kerja dan bukan membahas motivasi
secara dominan
2.
Tidak digunakan ukuran keseluruhan kepuasan,
karena walaupun seseorang dapat tidak menyukai suatu bagian dari pekerjaanya
tetapi masih menerimanya dengan baik sehingga tidak dapat dinilai tidak puas
Terlepas dari semua kritikan yang muncul, teori ini telah menginspirasi
banyak pemimpin. Rekomendasi perluasan pekerjaan secara vertikal dengan
pendelegasian tanggung jawab kepada bawahan sehingga lebih tertantang adalah
salah satu sumbangsih teori ini yang sudah diakui banyak orang.
Tampaknya semua ahli setuju untuk
memasukkan teori Herzberg dalam pandangan teori kepuasan kerja karyawan.
Pemilihan ini disebabkan karena teori Herzberg diturunkan atas pembagian
hierarki kebutuhan Maslow menjadi kebutuhan atas dan bawah.
Pembagian dua buah atas dan bawah
itu membuat teori Herzberg dikenal orang sebagai two factor theory atau
motivator hygiene theory. Kebutuhan tingkat atas pada teori ini yang diturunkan
dari maslow adalah penghargaan dan aktualisasi diri yang disebut sebagai
motivator, sedangkan kebutuhan yang lain digolongkan menjadi kebutuhan bawah
yang disebut hygiene factor. Dan kelemahan dari teori ini adalah penelitiannya
mengambil responden pada sekelompok akuntan saja.
3.
Teori
X dan Teori Y (X Y Behavior Theory) Oleh
Douglas McGregor
Teori ini diungkapkan oleh
Douglas McGregor yang mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan
menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan menggunakan
asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan
bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada
orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku
The Human Side Enterprise di mana para manajer atau pemimpin organisasi
perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai atau karyawan
yaitu teori x atau teori y. Kelemahan teori ini adalahteori ini terlalu simple,
artinya tidak dijelaskan secara rinci kadang-kadang orang berperilaku X dan Y.
Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang
menghindar dari karyawanan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya atau
pada dasarnya untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah
karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah. Karyawan memiliki
ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas
jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Sehingga dalam bekerja untuk memotivasi
para karyawan harus dilakukan dengan cara pengawasan ketat, dipaksa, diancam
serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter.
Dalam Job Design, teori ini termasuk kepada Mekanistik, dimana mekanistik
memiliki kelebihan yaitu kesalahan minim dan efesiensi tinggi. Sedangkan
kelemahannya yaitu karyawan akan cepat bosan dan stress tinggi. Dalam kebutuhan
Maslow, teori X termasuk kepada kebutuhan Lower (Bawah). Lebih lanjut menurut
asumsi teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah:
1.
Tidak menyukai bekerja.
2.
Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk
bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah.
3.
Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi
mengatasi masalah-masalah organisasi.
4.
Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan
keamanan saja.Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai
tujuan organisasi..
Pengembangan teori X pada bidang
manajemen terdapat beberapa poin-poin yaitu:
Douglas mempergunakan teori X
dalam konteks organisasi system tertutup, dan teori Y dalam konteks organisasi
system terbuka. MSDM mencakup masalah-masalah
yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan, dan perlindungan terhadap
sumberdaya manusia. Sedangkan manajemen personalia lebih banyak berkaitan
dengan sumberdaya manusia yang berada dalam perusahaan-perusahaan, yang mempelajari dan mengembangkan cara-cara agar manusia dapat secara efektif
diintegrasikan ke dalam berbagai unit organisasi guna mencapai tujuan-tujuannya. MSDM disektor public
berusaha mengungkap manusia sebagai sumberdaya seutuhnya dalam konsepsi
pembangunan bangsa yang utuh dan menyeluruh.
Oleh McGregor sendiri, Ia menuliskan bahwa, Karyawan dianggap sebagai
Manusia.
Sebagai reaksi terhadap pandangan
yang menganggap dan memperlakukan manusia kerja sebagai mesin atau alat yang
tidak manusiawi, maka muncul pandangan yang cenderung kadang-kadang terlalu
manusiawi. Teori Y dari McGregor mempunyai relevansi tinggi dengan pandangan
yang berwatak manusiawi. Dalam hal tertentu pandangan ini memang dapat berhasil
yaitu bilamana kualifikasi karyawannya sudah cukup tinggi, namun akan gagal
bilamana manusianya dipandang dan diperlakukan secara manusiawi itu tanpa
kendali sama sekali. Selanjutnya muncul gerakan hubungan manusia (human
relations movement) yang dipelopori oleh Elton Mayo, Dickton dan sebagainya.
Kelompok ini memandang bahwa dalam manajemen tidak semata-mata berdasar atas
rasa kemanusiaan saja, tetapi secara ilmiah dapat dilakukan observasi terhadap
karyawan. Selain itu karyawan mempunyai sistem saraf dan alat perasa lainnya
sebagaimana manusia lainnya, dan juga ingin menempati kedudukan sosial yang
layak dalam masyarakat. Pada tahapan ini, pandangan terhadap karyawan pada
dasarnya ingin memanusiakan manusia karyawan, dan disarankan suapaya karyawan diperlakukan
yang wajar dan manusiawi, dengan lebih memperhatikan perasaan-perasaan
manusianya.
Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa
kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Selain
itu, memandang bahwa manusia atau Karyawan itu Rajin, suka bekerja memikul
tanggung jawab berprestasi, kreatif dan inovatif. Karyawan tidak perlu terlalu
diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta
pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Kebalikan dari Teori X
pada dasarnya karyawan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan
sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya.. .Tipe Y ini adalah
tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab karyawanannya. Karyawan
memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung
jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Karyawan juga tidak harus
mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Seorang pemimpin
yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Sedangkan
menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara
peningkatan partisipasi karyawan,kerja sama, dan keterikatan pada keputusan.
Ini adalah salah satu teori
kepemimpinan yang masih banyak penganutnya. Menurut McGregor, organisasi
tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan,
terumuskan dalam dua model yang dia namakan Theori X dan Teori.Y.
Teori X menyatakan bahwa sebagian
besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa
tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya.
Untuk menyadari kelemahan dari
asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan
teori Y. asumsi teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak
malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara keseluruhan
asumsi teori Y mengenai manusia adalah sbb:
1.
Karyawanan itu pada hakekatnya seperti bermain
dapat memberikan kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan
aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan,
jika keadaan sama-sama menyenangkan.
2.
Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal
itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3.
Kemampuan untuk berkreativitas di dalam
memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada
seluruh karyawan.
4.
Motivasi tidak saja berlaku pada
kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada
tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5.
Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif
dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.
Dengan memahami asumsi dasar
teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting
bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali dengan memberikan kesempatan
mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi yang
sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan
memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam Job Design, teori Y termasuk kepada Motivasional, yang memiliki kelebihan
kepuasan yang dirasakan karyawan akan tinggi dan tingkat stress rendah.
Sedangkan kelemahanya yaitu tidak adanya efisiensi yang tinggi. Dalam kebutuhan
Maslow, teori Y masuk kepada kebutuhan tingkat High Level (atas).
Pengembangan teori Y terhadap manajemen adalah sebagai berikut:
Dalam hal memotovasi orang yang
bertipe Y tersebut yaitu dengan mengukutsertakan dalam berbagai hal dalam
perusahaan. Serta adanya pengembangan potensi dari usaha-usaha karyawan tipe
tersebut. Dalam MSDM dikembangkan sesuai fungsi manajemen yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Selain itu terdapat fungsi
operasional yang dimulai dari Fungsi pengadaan sampai kepada fungsi
pengembangan.
4.
Teori Mc Clelland
Sekilas David McClelland
David Clarence McClelland
(1917-1998) mendapat gelar doktor dalam psikologi di Yale pada 1941 dan menjadi
profesor di Universitas Wesleyan. McClelland dikenal untuk karyanya pada
pencapaian motivasi. David McClelland memelopori motivasi kerja berpikir,
mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan
dalam perbaikan metode penilaian karyawan,
serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah
diadopsi secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan teori
Frederick Herzberg.
David McClelland dikenal
menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving
Society”:
1.
Motivasi untuk berprestasi (n-ACH)
2.
Motivasi untuk berkuasa (n-pow)
3.
Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)
Model Kebutuhan Berbasis Motivasi McClelland
David McClelland (Robbins, 2001:
173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori
motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan
dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa
individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan
dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan
situasi serta peluang yang tersedia.
Teori ini memfokuskan pada tiga
kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan
(power), dan kebutuhan afiliasi.
Model motivasi ini ditemukan
diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan
memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.
A. Kebutuhan akan Prestasi-The Need for
Achievement (n-ACH)
Kebutuhan akan prestasi adalah
kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai
keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ACH tinggi
biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan
yang tinggi. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan
penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang
menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif
tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka,
keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.
n-ACH adalah motivasi untuk
berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya,
pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan
dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai
bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut, tentunya imbalan yang paling
memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.
Sebab-sebab seseorang memiliki
n-ACH yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang
dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan.
B. Kebutuhan akan kekuasaan-The Need for
Authority and Power (n-pow)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah
kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana
orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk
ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain.
Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan
kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi
kepemimpinan.
n-pow adalah motivasi terhadap
kekuasaan.Dalam kebutuhan maslow termasuk kepada kebutuhan Estee. Karyawan
memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter
kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk
peningkatan status dan prestise pribadi. Menurut Mclelland, ada dua jenis
kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial.
Contoh dari kekuasaan pribadi
adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa
mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak.
Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh
pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan
kekuasaannya tersebut untuk kepentingan sosial,seperti misalnya perdamaian.
C. Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat
- The Need for Affiliation (n-affil)
Kebutuhan ini adalah kebutuhan
yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang
baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya.
Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif
dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai
kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan
interaksi sosial yang tinggi.
McClelland mengatakan bahwa
kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan
mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi. Atau
boleh dikatakan juga bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri
objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan
melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya.
Karakteristik dan sikap motivasi
prestasi ala Mcclelland:
a.
Pencapaian adalah lebih penting daripada materi.
b.
Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan
pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan.
c.
Umpan balik sangat penting, karena merupakan
ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).
Sedangkan, sebab-sebab n-affil
dari seseorang bisa bermacam-macam, dan salah satu contohnya bisa Anda lihat
dari tragedi 11 September di Amerika Serikat. Setelah kejadian tersebut, banyak
orang-orang Amerika yang melupakan kepentingan mereka dan memilih untuk bersatu
sehingga mereka memiliki rasa aman. Contoh lainnya, adalah untuk seorang
karyawan, motivasi seperti ini akan memacu dirinya untuk bekerja keras dan
meningkatkan produktivitas kerja, sehingga akan berdampak pada pencapaian
tujuan dari organisasi tersebut.
Teori ini pada intinya
mengungkapkan bahwa masing-masing karyawan punya needs, di mana needs ini yang
akan menjadi alat untuk memotivasi. Tiga kebutuhan diatas bias muncul pada saat
yang bersamaan, tapi dari ke-tiga kebutuhan ini ada salah satu yang paling
menjadi dominan. Seorang manajer harus tahu dan bias mengidentifikasi apa yang paling dibutuhkan oleh karyawannya.
Teori ini banyak digunakan dalam recruitment atau seleksi. Kebutuhan ini tidak
membahayakan organisasi. Perbedaan teori Maslow dengan teori McClelland:
Teori Maslow
|
|
Berbentuk Hierarki dan Humanis
|
Teori McClelland
|
|
Bukan berbentuk Hierarki dan Mensimplikasi teori
Maslow melengkapi kekurangan teori maslow
|
Penelitian David Mcclelland
Penelitian McClelland terhadap
para usahawan menunjukkan bukti yang lebih bermakna mengenai motivasi
berprestasi dibanding kelompok yang berasal dari pekerjaan lain. Artinya para
usahawan mempunyai n-ach yang lebih tinggi dibanding dari profesi lain.
Kewirausahaan adalah merupakan
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk
mencari peluang sukses. Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan
cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang. Inovasi adalah
kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan
peluang . Ciri-ciri pokok peranan kewirausahaan (McClelland, 1961 dalam
Suyanto, 1987) meliputi Perilaku kewirausahaan, yang mencakup memikul risiko yang
tidak terlalu besar sebagai suatu akibat dari keahlian dan bukan karena
kebetulan, kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta, tanggung
jawab pribadi, serta pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan; uang sebagai
ukuran atas hasil.
Ciri lainnya, minat terhadap
pekerjaan kewirausahaan sebagai suatu akibat dari martabat dan ‘sikap berisiko’
mereka. Seorang wirausaha adalah risk taker. Risk taker dimaksudkan bahwa
seorang wirausaha dalam membuat keputusan perlu menghitung risiko yang akan ditanggungnya.
Peranan ini dijalankan karena dia membuat keputusan dalam keadaan tidak pasti.
Wirausaha mengambil risiko yang moderat, tidak terlalu tinggi (seperti
penjudi), juga tidak terlalu rendah seperti orang yang pasif (Hanafi, 2003).
Dari hasil penelitiannya, McClelland (1961) menyatakan bahwa dalam keadaan yang
mengandung risiko yang tak terlalu besar, kinerja wirausaha akan lebih
tergantung pada keahlian- atau pada prestasi - dibanding pekerjaan lain.
Seorang wirausaha untuk melakukan
inovasi atau pembaharuan perlu semangat dan aktif. Mereka bisa bekerja dalam
waktu yang panjang, misal 70 jam hingga 80 jam per minggu. Bukan lama waktu
yang penting, namun karena semangatnya mereka tahan bekerja dalam waktu yang
panjang. Bagi individu yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu tertarik pada
pengakuan masyarakat atas sukses mereka, akan tetapi mereka benar-benar
memerlukan suatu cara untuk mengukur seberapa baik yang telah dilakukan.
Dari penelitiannya, McClelland
menyimpulkan bahwa kepuasan prestasi berasal dari pengambilan prakarsa untuk
bertindak sehingga sukses, dan bukannya dari pengakuan umum terhadap prestasi
pribadi. Selain itu juga diperoleh kesimpulan bahwa orang yang memiliki n-ach
tinggi tidak begitu terpengaruh oleh imbalan uang, mereka tertarik pada
prestasi. Standar untuk mengukur sukses bagi wirausaha adalah jelas, misal
laba, besarnya pangsa pasar atau laju pertumbuhan penjualan.
5.
Teori
Keadilan dan Teori Kesenjangan (Equity Theory And Discrepancy Theory)
Teori keadilan (Equity Theory)
Teori keadilan, teori motivasi
ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk
diperlakukan secara adil dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat
tukaran imbalan dari organisasi.
Inti teori ini terletak pada
pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha
yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya,
apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak
memadai, dua kemungkinan dapat terjadi:
·
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang
lebih besar, atau
·
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi
tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding,
yaitu:
·
Harapannya tentang jumlah imbalan yang
dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan,
keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalaannya;
·
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam
organisasi dalam kualifikasi dan sifat pekerjaannya relatif sama dengan yang
bersangkutan sendiri;
·
Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di
organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
·
Peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak pegawai.
Konsep kedilan dan perlakuan sama
terhadap orang lain yang berperilaku dengan cara yang serupa. J, Stacey Adams
para karyawan melihat apa yang mereka
peroleh dari situasi pekerjaan untuk dikaitkan dengan apa yang mereka masukan
ke pekerjaan itu, kemudian membandingkan rasio input hasil-hasil mereka dengan
orang lain yang relevan.
Tindakan karyawan:
1.
Mengubah input maupun hasil mereka sendiri atau
orang lain
2.
Berperilaku sedemikian rupa untuk mendorong
orang lain mengubah input atau hasil mereka
3.
Berperilaku sedemikian rupa untuk mengubah atau
hasil mereka sendiri
4.
Memilih orang yang berbeda sebagai pembanding
5.
Meninggalkan pekerjaan mereka
Dalam sejarahnya, teori kesamaan
berfokus pada kedilan distributif mengenai jumlah dan alokasi imbalan ke
berbagai individu. Sekarang lebih berfokus pada keadilan procedural, persepsi
keadilan untuk menentukan penyaluran imbalan. Tapi dalam penerapannya, keadilan
distributive lebih mempunyai pengaruh yang besar pada kepuasan karyawan. Teori
kesetaraan menunjukan kebanyakan karyawan dapat di motivasi dengan memberikan
imbalan. Sehingga karyawan dapat menghasilakan produktivitas yang tinggi.
Teori ini dikenal sebagai teori
social reference group. Teori ini dipelopori oleh Zalemik (1958) dan
dikembangkan oleh Adams (1963). Teori ini sering disebut teori kedilan dengan
memfokuskan pada perbandingan relative antara input dan hasil dari individu
lainnya. Jika tingkat rasio perbandingan seseorang menunjukan keseimbangan
dengan rasio orang lain, maka ia akan merasa puas.
Sebaliknya jika terdapat adanya
ketidakadilan, orang akan merasa tidak puas, prinsip teori ini adalah seseorang
akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya kedilan
(equity). Persaan adil atau tidak adil diperolah dengan cara membandingkan apa
yang diperoleh dirinya dengan orang lain yang memiliki situasi pekerjaan yang
setara.
Terdapat beberapa elemen dari
teori equity yaitu:
1.
Input adalah segala sesuatu yang bekerja, yang
dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaan.
2.
Outcome adalah segala sesuatu yang berharga,
yang dirasakan karyawan sebagai hasil dari pekerjaannnya. Misalnya: upah,
status simbol, kesempatan untuk berprestasi
3.
Comparison person adalah kepada orang lain
dengan siapa karyawan membandingakan rasio input-outcome yang dipeoleh.
Comparison Person dapat merupakan seseorang ditempat kerja yang sama atau lain,
tetapi dapat pula dirinya di waktu lampau.
Menurut teori equity:
·
Seseorang itu mempunyai persepsi apabila input
yang dia keluarkan sama dengan output yang diterima.
·
Dan seseorang akan membandingakan rasio input
outcome yang di perolehnya dengan rasio input outcome yang diperoleh orang
lain.
Input =
Output Equity
Input <
Output Inequity
Overreward
Feeling Builty (merasa bersalah)
Input >
Output Inequity
Underreward
Decrease Performance (mengurangi pekerjaan)
Teori biasanya ditemukan pada
penentuan kompensasi. Dalam teori ini tidak menjelaskan motivasi karyawan yang
menunjukkan puas atau tidak puasnya karyawan, melainkan untuk mengetahui adil
atau tidak adilnya suatu hal. Dapat dikatakan bahwa teori ini bukan untuk
memberi motivasi, tapi memberikan kehati-hatian bahwa seorang karyawan tidak
akan termotivasi. Kelemahan teori ini adalah kurang adanya penjelasan yang
lebih rinci akan akibat dari teori ini.
Teori perbedaan/ kesenjangan (Discrepancy Theory)
Teori ini pertama kali dipelopori
oleh porter (1961). Ia berpendapat bahwa mengukur kepuasan dapat dilakukan
dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang
dirasakan pegawai.
Locke (1969) mengemukakan bahwa
kepuasan kerja pegawai, apabila yang didapatkan oleh pegawai ternyata lebih
besar daripada apa yang di harapkan maka pegawai tersebut menjadi puas,
sebaliknya apabila yang akan didapat pegawai lebih rendah dari apa yang
diharapkan akan menyebabkan pegawai tidak puas.
Porter menjelaskan bahwa kepuasan
kerja seseorang diukur dengan menghitung selesih apa yang seharusnya dengan
kenyataan yang dirasakan.
Kemudian Locke dalam Moh As’ad
menerangkan bahwa kepuasa kerja seseorang tergantung pada perbedaan antara apa
yang diinginkan dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah
diperoleh atau dicapai melalui pekerjaannya. Orang akan puas bila tidak ada
perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas
minimum yang diinginkan maka orang akan menjadi lebih lagi walaupun terdapat
Discrepancy tetapi merupakan Discrepancy positif. Sebaliknya makin jauh dari
kenyataan yang dirasakan itu di bawah standar minimum sehingga menjadi negatif
discrepancy maka makin besar pula ketidakpuasan seseorang dalam pekerjaannya.
Bila disimpulkan teori ini lebih
merujuk kepada puas dan tidak puasnya karyawan , karena adanya kesenjangan atau
ketidaksesuaian antara apa yang diterima dengan kenyataannya. Semakin besar
kesenjangan, maka semakin tidak puas seorang karyawan. Discrepancy ini terbagi
menjadi dua, yaitu:
·
Positif Discrepancy, misalnya harapan anda
mendapat nilai B tapi pada kenyataannya anda mendapat nilai A
·
Negatif Discrepancy, misalnya harapan anda
mendapat nilai A tapi pada kenyataannya anda mendapat nilai B
6.
Teori
Harapan (Expectancy Theory/ VIE Theory)
Teori Harapan- Victor Vroom,
teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya
tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Teori ini mengatakan
seorang karyawan di motivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila
ia meyakini upaya akan mengantar kesuatu penilaian kinerja yangbaik, suatu
penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti
bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan
pribadi karyawan tersebut.
Victor H. Vroom, dalam bukunya
yang berjudul “ Work And Mortivation”mengetengahkan
suatu teori yang disebutnya sebagai “teori Harapan”. Menurut teori ini,
motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang
dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil
yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu
, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan
berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat
sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan
harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar , yang bersangkutan akan
sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika
harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis , motivasinya untuk
berupaya akan menjadi rendah.
Dikalangan ilmuwan dan para
praktisi manajemen sumberdaya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik
tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para
pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara
yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu. Penekanan ini dianggap
penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu
mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk
memperolehnya.
Teori pengharapan Vroom ini berfokus pada tiga hubungan:
1.
Hubungan
upaya-kinerja (Expectancy)
Probabilitas yang dipersepsikan
oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong
kinerja. Hal ini berarti bahwa perilaku yang diharapkan dalam pekerjaan akan
meningkat jika seseorang merasakan adanya hubungan yang positif antar
usaha-usaha yang dilakukannya dengan kinerja.
2.
Hubungan
kinerja-imbalan (Instrumentality)
Sampai sejauh mana individu itu
meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya
output yang diinginkan. Dengan kata lain, teori ini dapat didefinisikan sebagai
kecenderungan untuk bertindak yang bergantung pada kekuatan pengharapan bahwa
suatu tindakan akan diikuti oleh pemberian hasil.
3.
Hubungan
imbalan-sasaran-pribadi (Valency)
Sampai sejauh mana imbalan
organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi daya
tarik imbalan tersebut bagi individu tersebut.
Dapat digambarkan sebagai berikut:
Effort Performance
Outcome
Expectancy
Instrumentality
Valency
Teori pengharapan ini dapat
menjadi landasan teori dan salah satu sudut pandang yang dapat membantu
memahami perilaku pengguna (end user) dan motivasi pengguna untuk menggunakan
atau tidak menggunakan system informasi tertentu. Konsep teri ini mengasumsikan
bahwa sebagian besar individu mengambil suatu tindakan untuk alas an tertentu.
Kelebihan teori ini adalah yaitu dapat
memmotivasi karyawan, sedangkan kelemahannya adalah harus adanya keyakinan dari
individunya dan terlalu simple.
7.
Teori
Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Teori inidikemukakan oleh Edwin
Locke. Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan
yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki
motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah
apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Edwin Locke mengemukakan bahwa
dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni:
a)
tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
b)
tujuan-tujuan mengatur upaya;
c)
tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan
rencana-rencana kegiatan.
Teori ini juga mengungkapkan hal
hal sebagai berikut:
Kuat lemahnya tingkah laku
manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai.
Kecenderungan manusia untuk
berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami
dan bermanfaat.
Makin kabur atau makin sulit
dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan untuk bertingkah laku.
Penetapan tujuan seperti halnya
individu, kita menetapkan tujuan dan kemudian bekerja untuk menyelesaikan
tujuan tersebut. Orientasi terhadap tujuan menetukan prilaku kita.
Locke mengemukakan bahwa
penetapan tujuan adalah proses kognitif dari keperluan praktis. Pandangan Locke
ialah bahwa maksud dan tujuan individu yang didasari adalah determinan utama
prilaku. Salah satu dari karakteristik prilaku yang mempunyai tujuan tersebut
terus berlangsung sampai prilaku itu mencapai penyelesaiannya, yaitu sekali
orang memulai sesuatu (misalkan pekerjaan) ia terus terus terdorong sampai
tercapainya tujuan.
Berikut uraian tentang penetapan
tujuan:
·
tujuan adalah subjek suatu tindakan
·
keterincian tujuan (goal specifity) ialah
tingkat presisi kuantitatif/kejelasan tujuan tersebut.Semakin jelas tujuannya
semakin jelas kinerjanya.
·
kesukaran tujuan (goal difficulty) ialah tingkat
keahlian atau tingkat prestasi yang dicari .Semakin sulit tujuan semakin bagus
kinerjanya.
·
intensitas tujuan (goal intensity) ialah
menyangkut proses penetapan tujuan atau menentukan bagaimana mencapai tujuan
tersebut
·
komitmen tujuan (goal commitment) ialah kadar
usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
makasih informasinya... isi dari blog ini sangat membantu saya dalam menyelesikan tugas kuliah.
ReplyDeletethanks telah berbagi
ReplyDeletesangat membantu
ReplyDelete