Pages

Monday, February 11, 2013

Metode Pembelajaran-Quantum Teaching



Metode Quantum Teaching

1. Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu "Quantum" yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan "Teaching" yang berarti mengajar. Dengan demikian maka Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar.

Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan siswa.17 Abuddin Nata, dengan mengutip pendapatnya DePorter mengatakan bahwa Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intellegence Gardner), Neuro-Linguistic Programing (Ginder & Bandler), Eksperiental Learning (Hahn), Socratic Incuiry, Cooperative Learning (Jhonson & Jhonson), dan Element of Effective Intruction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami, dan kemampuan murid untuk berprestasi. Sebagai sebuah pendekatan belajar yang segar, mengalir, praktis dan mudah diterapkan.[1]
Quantum Teaching yaitu sebuah metode pembelajaran yang terbukti mampu meningkatkan motivasi belajar anak didik, meningkatkan prestasi, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan harga diri dan melanjutkan penggunaan ketrampilan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Metode Quantum Teaching merupakan salah satu metode yang dilukiskan mirip sebuah orkestra, dimana kita sedang memimpin konser saat berada diruang kelas, karena disitu membutuhkan pemahaman terhadap karakter murid yang berbeda-beda sebagaimana alat-alat musik yang berbeda pula. Karenanya Quantum Teaching mengajarkan agar setiap karakter dapat memiliki peran dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran membawa kesuksesan.
Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajarannya. Dengan menggunakan metodelogi Quantum Teaching, dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan yang akan melejitkan prestasi siswa.
Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Dan Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan keterangan untuk belajar.
QuantumTeaching menawarkan suatu sintesis dari hal-hal yang dicari, atau cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak usaha pengajaran yang dilakukan guru melalui perkembangan hubungan, penggubahan belajar, dan penyampaian kurikulum.

2. Asas Utama Quantum Teaching
Asas utama Quantum Teaching adalah Bawalah dunia mereka kedunia kita, dan antarkan dunia kita kedalam dunia mereka. Asas ini terletak pada kemampuan guru untuk menjembatani jurang antara dua dunia yaitu guru dengan siswa. Artinya bahwa tidak ada sekat-sekat yang membatasi antara seorang guru dan siswa sehingga keduanya dapat berinteraksi dengan baik.
Seorang guru juga diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa.[2] Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh departemen Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kehidupan manusia yang meliputi pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh, disamping pengetahuan sikap dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk, guru bisa membawa siswa kedunia guru, dan memberi siswa pemahaman guru mengenai isi dunia itu. Ketika seorang guru sudah dapat memasuki dunia siswa dan diterima dengan baik oleh siswa maka sudah saatnya pula siswa diajak untuk memasuki dunia lain yang lebih luas sehingga apa yang dipelajari oleh siswa tersebut dapat diterapkan pada situasi baru dalam kehidupan lingkungannya.
Dalam interaksi edukatif yang berlangsung terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik, dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan
Murid.[3]

3. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching
Selain asas utama Quantum Teaching juga memiliki prinsip atau yang disebut oleh DePorter sebagai kebenaran tetap. Prinsip-prinsip ini akan berpengaruh terhadap aspek Quantum Teaching itu sendiri, prinsip-prinsip itu adalah:
1)     Segalanya berbicara, maksudnya adalah segala hal yang berada dikelas mengirim pesan tentang belajar. Menurut Islam prinsip ini berarti bahwa segala sesuatu memiliki jiwa atau personalitas. Air, tanah, tumbuhtumbuhan, binatang, manusia dan sebagainya memiliki jiwa dan personalitas. Oleh karenanya semua itu harus diperlakukan secara baik dan diberikan hak hidupnya, dirawat dan disayang, sehingga semuanya bersahabat dan bermanfaat bagi manusia.[4]
2)     Segalanya bertujuan, semua yang kita lakukan memiliki tujuan. Semua yang terjadi dalam penggubahan pembelajaran mempunyai tujuan. Prinsip ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Ali-Imron ayat 191, yaitu:

Ayat ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang sikap orang-orang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan.
Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya uraian, penjelasan dan informasi tentang "sesuatu" sebelum siswa memperoleh nama "sesuatu" itu untuk dipelajari. Atau dengan bahasa yang lebih mudah yaitu mencari "sesuatu" sebelum diberi tahu tentang "sesuatu itu". Dalam ajaran Islam seseorang terlebih dahulu disuruh percaya kepada Allah, mengucapkan dua kalimah syahadah, melaksanakan sholat, membaca Al-Qur'an dan mempraktekkan ajaran Islam lainnya. Hal ini memberikan penjelasan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai anak akan lebih mantap dalam pengajaran, daripada lebih dahulu mengemukakan teori yang sulit baru kemudian mempraktekkannya.
3)     Akui setiap usaha, yaitu pengakuan setiap usaha yang berupa kecakapan dan kepercayaan diri terhadap apa yang dilakukan oleh siswa, sebab belajar itu mengandung resiko. Menghargai setiap usaha siswa sebagai bentuk pengakuan atas kecakapan untuk menumbuhkan kepercayaan diri, sekalipun usaha siswa kurang berarti.
4)     Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan, artinya terdapat umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif dengan belajar.

4. Model Quantum Teaching
Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni, dalam simfoni terdapat banyak unsur dan didalam Quantum Teaching unsur tersebut digolongkan menjadi 2 bagian yaitu:
1)     Unsur Konteks, yaitu unsur pengalaman yang meliputi:
a.      Suasana yang memberdayakan, suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih oleh guru, cara menjalin simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang penuh dengan kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. Mengutip pendapatnya Walberg dan Greenberg (1997) DePorter mengatakan bahwa dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis. Suasana atau keadaan ruangan menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi. Bahan-bahan kunci untuk membangun suasana yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan, dan ketakjuban, pengambilan resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan. Jika seorang guru secara sadar menciptakan kesempatan untuk membawa kegembiraan ke dalam pekerjaannya, kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan. Kegembiraan ini membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap positif.
b.     Landasan yang kukuh, adalah kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang member guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.Dalam mengorkestrasi landasan yang kukuh, ada unsur-unsur dasar yang perlu diperhatikan yaitu tujuan, prinsip-prinsip dan nilainilai, keyakinan yang kuat mengenai belajar dan mengajar, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan yang jelas.
c.      Lingkungan yang mendukung, adalah cara guru menata ruang kelas: pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik dan semua hal yang mendukung proses belajar. Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata. Jika guru menggunakan alat peraga dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah menyalakan jalur syaraf seperti kembang api dimalam lebaran. Beribu-ribu asosiasi tiba-tiba diluncurkan kedalam kesadaran. Kaitan ini menyedikan konteks yang kaya untuk pembelajaran yang baru. Untuk menciptakan dan memperkuat jalur syaraf ini perlu dipertimbangkan dua unsur yaitu pandangan sekeliling dan kaitan mata dan otak. Prinsip-prinsip yang perlu dikembangkan dalam penataan lingkungan antara lain:[5] Lingkungan kelas harus memudahkan siswa untuk bergerak. Kegiatan dan tugas-tugas harus menyenangkan siswa sehingga siswa dengan penuh kepercayaan mengerjakannya dengan sebaikbaiknya. Lingkungan belajar harus memudahkan kelompok untuk berperan serta dalam setiap kegiatan. Lingkungan belajar harus memudahkan siswa dalam mencari dan menemukan masalah dengan cermat. Lingkungan lain yang perlu ditata adalah pusat-pusat belajar, yaitu perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
d.     Rancangan belajar yang dinamis, adalah penciptaan terarah unsurunsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi.[6] Seorang guru harus mengenali dan memahami modalitas dari setiap siswa yang diajar karena dengan mengenalinya akan dapat menyesuaikan pengajaran dengan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Menurut DePorter (2002:85) dengan mengutip pendapatnya Bandler dan Grinder (1981) bahwa meskipun kebanyakan orang memilki ketiga akses ketiga modalitas tersebut, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar.
2)     Unsur isi, yaitu penyajian informasi (ketrampilan penyampaian berbagai macam kurikulum dan strategi dalam mengajar) pada murid yang meliputi:
a.      Penyajian yang prima, ada beberapa pedoman untuk mencapai presentasi yang prima yaitu: pahamilah apa yang ada inginkan, membina jalinan yang baik dengan siswa, bacalah mereka, targetkan keadaan mereka, capailah modalitas mereka, manfaatkanlah ruangan dan bersikaplah tulus.[7] Seorang guru harus memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan, ketulusan, kongruensi dan kesiapsiagaan guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi milik mereka sebagai pelajar. Kemampuan guru berkominukasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif, akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa.
b.     Fasilitas yang luwes, fasilitasi adalah seni dan ilmu untuk memaksimalkan saat belajar dan bekerja dengan siswa, melompat masuk kedalam kepala dan hati mereka untuk membuka dan menjelajahi cara mereka untuk menyajikan dan memahami apa yang mereka pelajari.
c.      Ketrampilan belajar untuk belajar, apapun mata pelajarannya, siswa belajar lebih cepat dan efektif jika mereka menguasai lima ketrampilan penting ini, yaitu:
1. Konsentrasi terfokus.
2. Cara mencatat
3. Organisasi dan persiapan tes
4. Membaca cepat
5. Teknik mengingat

Setiap siswa diharapkan mampu belajar dan memiliki keterampilan untuk belajar dengan efektif. Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing, mereka menyerap bahan pelajaran dengan cara yang terbaik bagi mereka. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melalukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan sangat menyenangkan dan memberikan hasil optimal.
Setiap orang memilki gaya belajar dan gaya bekerja yang unik. Sebagian orang lebih mudah belajar visual, sebagian yang lain secara auditorial, sebagian lain secara haptic/kinestetik. Dan teknik mengajar yang diterapkan disekolah lanjutan mestinya hanya digunakan untuk mengajar para pelajar dengan gaya belajar akademis, bukanlah metode terbaik untuk meningkatkan standart mereka. Akan tetapi, merancang kurikulum sekolah yang memungkinkan setiap pelajar diuji untuk mengetahui gaya belajar mereka, bukanlah hal mustahil jika hal itu bisa dilakukan, setiap gaya belajar anak mestinya dapat dilayani disekolah.[8]
d.     Ketrampilan hidup, dalam Quantum Teaching ini mengajarkan hidup diatas garis. Diatas ada daya tanggap, yang didefinisikan sebagai "kemampuan untuk menanggapi". Dengan kemampuan ini muncullah pilihan dan kebebasan. Hidup diatas garis berarti bertanggung jawab atas tindakan sendiri dan mau memperbaiki jika perlu. Hal ini juga berarti melihat pilihan yang ada, menentukan solusi, dan menemukan cara untuk menjadi lebih efektif.

5. Kerangka Perencanaan Quantum Teaching
Kerangka perancangan Quantum Teaching lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu:[9]
a.      Tumbuhkan, yaitu tumbuhkan minat, sertakan diri siswa, pikat mereka, puaskan dengan AMBaK (Apakah Manfaatnya BagiKu).
b.     Alami, yaitu ciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar, berikan siswa pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlaq dan sopan santun yang harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik, menghormati kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan seterusnya.
c.      Namai, yaitu penyediaan kata kunci, model, rumus, agar dapat memuaskan, mengajarkan konsep, ketrampilan berpikir dan strategi belajar. Hal ini sejalan dengan apa yang diajarkan Allah SWT kepada nabi Adam as, mengenai nama-nama yang ada di alam ini, setelah Nabi Adam mengalaminya.
d.     Demonstrasikan, menyediakan kesempatan bagi siwa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini pernah dilakukan Nabi Adam AS dihadapan malaikat ketika diminta oleh Allah untuk mendemonstrasikan hasil didikan-Nya, kejadian ini diabadikan dalan Al-Qur'an surat Al-Baqoroh ayat 32 yang berbunyi
Artinya: "Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkankepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. Al_Baqoroh:32).
e.      Ulangi, memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa " Aku tahu bahwa aku tahu ini". Dalam hal ini menunjukkan apa yang telah dijarkan oleh guru agar betul-betul terlihat hasilnya dan lebih mantap. Dalam hal ini Ari Ginanjar Agustian berargumen bahwa untuk membentuk sebuah karakter manusia unggul dibutuhkan mekanisme RMP (Repetitif Magic Power) atau pengulangan yang terus menerus. Dalam RMP ini, energy potensial yang maha dahsyat yang berada dalam diri setiap manusia diubah menjadi energi kinetik secara berulang-ulang, sehingga menghasilkan sebuah karakter manusia yang handal.[10] Contoh pengulangan ini dapat kita lihat dalam ibadah sholat, kalimat apa saja yang anda baca ketika sholat? Sifat mulia apa saja yang anda baca ketika itu? Dan berapa kalikah pengulangan itu anda lakukan?. Sholat merupakan pengulangan terhebat. Didalam QS Al-Anfal (rampasan Perang) 8:45 diisyaratkan agar kita melakukan pengulangan. "maka perkokohlah (berteguh hati) dan ingatlah Allah sebanyakbanyaknya supaya kamu memperoleh kemenangan".
f.       Rayakan, jika layak dipelajari maka layak pula untuk dirayakan. Memberi pengakuan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis belajar siswa. Prinsip ini sejalan dengan adanya upacara tradisi yang ada dalam Islam, seperti tradisi pemberian nama yang baik pada anak, menyembelih hewan aqiqah untuknya dan menikahkannya jika dewasa, adalah merupakan upaya perayaan yang didalamnya mengandung unsur-unsur pengakuan terhadap keberadaan seseorang ditengah-tengah masyarakat.


[1] Abudin Nata, Manajemen Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,(Kencana, Jakarta 2003), hal.35
[2] Bobbi DePorter, Op.Cit. hal,84
[3] Saiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Rineke, Jakarta 2000), hal.5
[4] Abudin Nata, Op.Cit,hal.41
[5] Cece Wijaya, Kemampuan Dasar guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Remaja Rosda Karya, Bandung1994), hal.133
[6] DePorter, Op.Cit, hal 14-15
[7] DePorter, Op.Cit, hal.114
[8] Dryden, Gordon; Vos, Jeanette, Revolusi Cara belajar (The Learning Revolution) Belajar Akan Efektif Kalau Anda dalam Keadaan "Fun",( Bandung: Kaifa, 2002), hal.99
[9] DePorter, Op.Cit, hal. 10
[10] Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ power, Sebuah Inner Journey melalui Al-Ihsan,( Arga, Jakarta 2003), hal.270

0 comments:

Post a Comment