Konsep
Model Pembelajaran Active Learning untuk PAI
1. Pengertian Model
Pembelajaran Active Learning
Dalam
proses belajar mengajar diperlukan suatu model pembelajaran. Dimana dengan
model pembelajaran tersebut siswa bisa lebih aktif di dalam kelas dan nantinya
dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Seorang guru yang bertugas sebagai
fasilitator harus pandai memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik
siswanya.
Dalam
Islam, proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan oleh
Rasulullah sebagi suri tauladan bagi umatnya. Semua yang dilakukan oleh Nabi
adalah contoh proses pendidikan Islam yang mengajarkan semua aspek kehidupan
menuju kearah perbaikan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan tugas manusia
adalah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dengan melalui
proses pendidikan (Islam) sebab dalam kegiatan tersebut mengandung ajakan,
perintah serata pemberian contoh yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada
peserta didik, baik dalm dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sosial.
Sebagimana
firman Allah dalam Qs. An-Nahl ayat: 125
Ayat
tersebut memberikan pemahaman bahwa manusia diperintahkan untuk menyampaikan
ajaran Islam melalui proses pendidikan dengan cara bi al- hikmah (kebaikan),
yakni dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Jika tingkat
kemampuan siswa tinggi maka metode yang digunakan lebih menggunakan pada akal atau
penalaran. Apabila tingkat kemampuannya rendah maka metode yang digunakan
adalah dengan maw’idhah (ceramah) dan apabila tingkat kemampuan siswa
itu sedang maka dengan menggunakan metode almujadalah (berdiskusi /
tanya jawab). Hal ini diharapkan agar dalam proses pembelajaran dapat lebih
mudah difahami dan dimengerti oleh peserta didik sehingga dalam kegiatan
pembalajaran dapat berjalan dengan optimal.
Pembelajaran
aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik
dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji
dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar aktif
juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis dan
sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari hasil
analisis mereka sendiri.
Secara
harfiah active learning maknanya adalah belajar aktif. Kebanyakan
praktisi dan pengamat menyebutnya sebagai model learning by doing.
Pendekatannya, memandang belajar sebagai proses membangun pemahaman lewat
pengalaman dan informasi. Dengan pendekatan ini, persepsi, pengetahuan dan
perasaan peserta didik yang unik ikut mempengaruhi proses pembelajaran.
Model
pembelajaran active learning merupakan salah satu model dalam belajar
mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan dengan
memberdayakan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sebagai mana yang
dinyatakan oleh A. Fatah Yasin, bahwa pembelajaran aktif (active learning)
adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta
didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif.
Dalam
hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan
menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan mental dan melatih keterampilan
fisiknya. Hal senada juga diungkapkan oleh Melvin L. Silberman, menurutnya
bahwa agar belajar menjadi aktif maka siswa harus menggunakan otak dengan cara
mengkaji suatu gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka
pelajari selain itu belajar aktif harus penuh semangat, bergerak leluasa dan
berfikir keras (moving about and thinking aloud).
Cara
memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan metode ceramah saja,
sebagaimana yang selama ini digunakan oleh para pendidik (guru) dalam kegiatan
belajar mengajar. Mendidik dengan ceramah selain akan menimbulkan rasa bosan,
siswa akan sulit untuk berkonsentrasi lebih lama, hal ini berdasarkan hasil sebuah
penelitian yang menunjukkan bahwa dengan metode caramah siswa kurang menaruh
perhatian selama 40% dari seluruh waktu pelajaran. Siswa dapat mengingat
sebanyak 70 % dalam sepuluh menit pertama, sedangkan dalam sepuluh menit
terakhir meraka hanya dapat mengingat 20 % materi pelajaran. Kenyataan ini sesuai
dengan kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof dari Cina, Konfusius.
Yang mengatakan bahwa” Apa yang saya dengar saya lupa, Apa yang saya lihat saya
ingat, Apa yang saya lakukan saya paham.”
Agar
proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka seorang pendidik
dituntut untuk menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi
pembelajaran aktif sangat diperlukan karena tiap peserta didik mempunyai cara
belajar yang berbeda-beda selain itu penggunaan strategi pembelajaran aktif
bagi pendidik akan sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar.
Memang
model pembelajaran active learning merupakan konsep yang sukar
didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu mengandung unsur
keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar keaktifannya berbeda. Keaktifan
dapat muncul dalam berbagai bentuk sebagaimana yang telah dikemukakan di atas.
Akan tetapi, kesemuanya itu harus dikembalikan kepada suatu karakteristik
keaktifan yang mencerminkan dari active learning itu sendiri yaitu keterlibatan
intelektual, emosional dalam kegiatan belajar-mengajar yang bersangkutan,
asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta
pengalaman langsung terhadap baliknya (Feed Back) dalam pembentukan
ketrampilan dan penghayatan serta internalisasi dan nilai-nilai dalam
pembentukan sikap.
Bertitik
tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan model pembelajaran active learning adalah salah satu cara
atau model pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik
dalam setiap kegiatan belajar mengajar seoptimal mungkin, sehingga peserta
didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Ciri-Ciri Model
Pembelajaran Active Learning
Ada
beberapa ciri yang terdapat dalam proses belajar mengajar aktif antara lain:
1.
Situasi
kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas, dan
terkendali.
2.
Guru
tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan
berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
3.
Situasi
dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tetapi
sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
4.
Hubungan
guru dengan siswa sifatnya mencerminkan hubungan manusiawi yang sifatnya
membimbing.
5.
Kegiatan
belajar siswa bervariasi
6.
Belajar
tidak hanya dilihat atau diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tetapi juga
dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa.
Ciri-ciri
di atas merupakan sebagian kecil dari hakikat belajar siswa aktif dalam praktek
pengajaran. Untuk dapat mewujudkan ciri-ciri di atas perlu pemahaman dan
pengaplikasian strategi mengajar yang baik.
3. Langkah-Langkah
Penerapan Model Pembelajaran Active Learning
Berikut
adalah beberapa strategi pembelajaran aktif untuk pelajaran PAI yang dicocokkan
dengan karakteristik PAI, peserta didik, guru dan media atau alat peraga yaitu:
1.
JiQsaw (JiQsaw Learning)
Yaitu
strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dan tanggung
jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dan setiap
peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang sinifikan dalam kelompok.
Langkah-langkah
penerapanya:
a.
Kelas
diatur kedalam sejumlah kelompok kira-kira tiap kelompok ada enam anggota.
b.
Tugas
diberi kedalam jumlah bagian yang sama dengan topik yang berbeda-beda.
c.
Di
dalam tiap kelompok, setiap siswa meneliti satu dari pertanyaan yang berbeda-beda
itu.
d.
Kelompok
menugaskan tugas khusus untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau
membiarkan kelompok berunding diantara mereka mengenai siapa yang akan
melakukan apa.
e.
Apa
hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut, setelah selesai
meneliti dan membacanya. Kemudian peserta didik disuruh menguraikan atau
membacakan.
2.
Debat Aktif (Active Debate)
Debat
bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan
terutama kalau peserta didik diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang
bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri. Strategi ini dapat diterapkan
kalau guru hendak menyajikan topik yang menimbulkan pro kontra dalam
mengungkapkan argumentasinya.
Banyak
kecakapan hidup yang dapat dilatih dengan strategi ini antara lai kemampuan
berkomunikasi dan mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain.
Adapun
langkah-langkah penerapannya:
a.
Kembangkan
sebuah pernyataan yang kontroversial yang berkaitan dengan materi perkuliahan
b.
Bagi
kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok berperan sebagai pendukung”pro”
dan kelompok lain menjadi penentang “kontra”.
c.
Minta
setiap juru bicara masing-masing kelmpok untuk memaparkan argumantasinya.
d.
Setelah
itu hentikan debat dan kembali ke kelompok. Setiap kelompok memilih jubirnya
dan usahakan untuk bergantian.
e.
Lanjutkan
kembali debat. Yang lain dapat memberikan catatan untuk mendukung argumantasi
kelompoknya.
f.
Pada
saat yang tepat akhiri debat, tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang
g.
Minta
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik menurut
mereka.
3.
Semua adalah Pendidik atau Guru (Everyone is Teacher Here)
Yaitu
strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud untuk mendapatkan
partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual dan juga untuk
memberi kesempatan kepada sitiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi
kawan-kawannya. Dengan strategi ini, diharapkan agar siswa yang pasif dapat
ikut terlibat dalam pembelajaran aktif.
Berikut
langkah-langkah penerapanya:
a.
Bagikan
secarik kertas pada seluruh siswa. Setiap siswa diminta untuk menuliskan satu
pertanyaan tentang materi yang sedang dipelajari di kelas atau sebuah topik
khusus yang akan didiskusikan di dalam kelas.
b.
Kumpulkan
kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap siswa. Pastikan siswa
tidak menerima tulisannya sendiri. Minta mereka membacakannya dalam hati serta
mencari jawabannya.
c.
Minta
siswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
d.
Setelah
jawaban diberikan mintalah siswa lainnya untuk menambahkan dan lanjutkan
sukarelawan berikutnya.
4.
Curah Pendapat (Brainstorming) dan Seleksi
Pendapat (Elisitasi)
Yaitu
strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk
mencurahkan pendapatnya atau memunculkan ide atau gagasan secara lisan. Curah
pendapat dapat menjadi pembuka dari sejumlah kegiatan. Kegiatan ini perlu
dikendalikan oleh pendidik tetapi tidak membatasi semua gagasan atau pendapat
yang muncul dari peserta didik, kemudian di Elistasi atau dipilih jawabannya yang
dianggap benar dan cocok.
Adapun
Langkah-langkah penerapanya:
a.
Mulailah
dengan mengajukan suatu ide atau gagasan.
b.
Peserta
didik diminta menuangkan pendapatnya dengan cara menuliskan beberapa kata atau
kalimat penting di papan tulis.
c.
Setelah
ditemikan jawaban dari semua siswa, kemudian siswa diminta untuk menentukan
menakah gagasan yang disetujui.
d.
Pendidik
sudah memiliki kata kunci jawabannya.
5.
Studi Kasus
Metode
studi kasus pertama-tama dipergunakan dalam bidang hukum yang kemudian
dikembangkan pada bidang-bidang lain termasuk bidang pendidikan. Metode studi
kasus bukan saja memberikan pengalaman dalam pengambilan keputusan, akan tetapi
juga merangsang konseptualisasi yang didasarkan pada kasus individu. Metode
kasus juga dapat merangsang diskusi dan interaksi dalam kelompok.
Langkah-langkah
penerapannya:
a.
Pemilihan
kasus. Kasus yang dipilih harus representatif dalam pemecahan suatu masalah
sehingga banyak hala yang dapat dipelajari dari padanya.
b.
Membaca.
Setiap murid perlu membaca semua catatan mengenai kasus tersebut secara
mendalam.
c.
Analisis.
Selama atau sesudah membaca setiap murid di sarankan untuk menganalisis kasus
itu tahap demi tahap.
d.
Diskusi.
Setelah penilaian kasus secara individual selesai, maka tiba saatnya bagi semua
murid di kelas mempertukarkan kesimpulan dan pertimbangannya secara lisan
mengenai kasus tersebut.
6.
Diskusi
Diskusi
adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil
kesimpulan. diskusi tidak sama dengan berdebat. diskusi selalu diarahkan kepada
pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil
suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.
a.
Segi
positif dari metode diskusi yaitu:
1)
Suasana
kelas hidup. Sebab anak-anak mengarahkan pikirannya kepada masalah yang sedang
didiskusika. Partisipasi anak dalam metode ini lebih baik.
2)
Dapat
menaikkan prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokratis, kritis,
berpikir sistematis, sabar dan sebagainya.
3)
Kesimpulan-kesimpulan
diskusi mudah dipahami anak karena anak didik mengikuti proses berpikir sebelum
sampai kepada kesimpulan.
4)
Anak-anak
belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu musyawarah
yang sebenarnya.
b.
Segi
negatif dari metode diskusi yaitu:
1)
Kemungkinan
anak ada yang tidak aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan
kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
2)
Sulit
menduga hasil yang akan dicapai, karena waktu yang digunakan untuk diskusi
cukup panjang.
Buku yang terkait apa ya?
ReplyDeleteTerima kasih informasinya. inin copi yaa
ReplyDelete