Pages

Sunday, January 20, 2013

Konsep Model Pembelajaran Active Learning


Konsep Model Pembelajaran Active Learning untuk PAI

1.       Pengertian Model Pembelajaran Active Learning
Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu model pembelajaran. Dimana dengan model pembelajaran tersebut siswa bisa lebih aktif di dalam kelas dan nantinya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Seorang guru yang bertugas sebagai fasilitator harus pandai memilih model pembelajaran yang cocok dengan karakteristik siswanya.
Dalam Islam, proses pendidikan yang Islami secara tidak langsung telah diajarkan oleh Rasulullah sebagi suri tauladan bagi umatnya. Semua yang dilakukan oleh Nabi adalah contoh proses pendidikan Islam yang mengajarkan semua aspek kehidupan menuju kearah perbaikan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan tugas manusia adalah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dengan melalui proses pendidikan (Islam) sebab dalam kegiatan tersebut mengandung ajakan, perintah serata pemberian contoh yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik, baik dalm dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sosial.

Sebagimana firman Allah dalam Qs. An-Nahl ayat: 125

Ayat tersebut memberikan pemahaman bahwa manusia diperintahkan untuk menyampaikan ajaran Islam melalui proses pendidikan dengan cara bi al- hikmah (kebaikan), yakni dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Jika tingkat kemampuan siswa tinggi maka metode yang digunakan lebih menggunakan pada akal atau penalaran. Apabila tingkat kemampuannya rendah maka metode yang digunakan adalah dengan maw’idhah (ceramah) dan apabila tingkat kemampuan siswa itu sedang maka dengan menggunakan metode almujadalah (berdiskusi / tanya jawab). Hal ini diharapkan agar dalam proses pembelajaran dapat lebih mudah difahami dan dimengerti oleh peserta didik sehingga dalam kegiatan pembalajaran dapat berjalan dengan optimal.
Pembelajaran aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri.
Secara harfiah active learning maknanya adalah belajar aktif. Kebanyakan praktisi dan pengamat menyebutnya sebagai model learning by doing. Pendekatannya, memandang belajar sebagai proses membangun pemahaman lewat pengalaman dan informasi. Dengan pendekatan ini, persepsi, pengetahuan dan perasaan peserta didik yang unik ikut mempengaruhi proses pembelajaran.
Model pembelajaran active learning merupakan salah satu model dalam belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan dengan memberdayakan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sebagai mana yang dinyatakan oleh A. Fatah Yasin, bahwa pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara atau strategi secara aktif.
Dalam hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan mental dan melatih keterampilan fisiknya. Hal senada juga diungkapkan oleh Melvin L. Silberman, menurutnya bahwa agar belajar menjadi aktif maka siswa harus menggunakan otak dengan cara mengkaji suatu gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari selain itu belajar aktif harus penuh semangat, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud).
Cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini digunakan oleh para pendidik (guru) dalam kegiatan belajar mengajar. Mendidik dengan ceramah selain akan menimbulkan rasa bosan, siswa akan sulit untuk berkonsentrasi lebih lama, hal ini berdasarkan hasil sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa dengan metode caramah siswa kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu pelajaran. Siswa dapat mengingat sebanyak 70 % dalam sepuluh menit pertama, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir meraka hanya dapat mengingat 20 % materi pelajaran. Kenyataan ini sesuai dengan kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof dari Cina, Konfusius. Yang mengatakan bahwa” Apa yang saya dengar saya lupa, Apa yang saya lihat saya ingat, Apa yang saya lakukan saya paham.”
Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka seorang pendidik dituntut untuk menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi pembelajaran aktif sangat diperlukan karena tiap peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda selain itu penggunaan strategi pembelajaran aktif bagi pendidik akan sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar.
Memang model pembelajaran active learning merupakan konsep yang sukar didefinisikan secara tegas, sebab semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan dari peserta didik, meskipun kadar keaktifannya berbeda. Keaktifan dapat muncul dalam berbagai bentuk sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi, kesemuanya itu harus dikembalikan kepada suatu karakteristik keaktifan yang mencerminkan dari active learning itu sendiri yaitu keterlibatan intelektual, emosional dalam kegiatan belajar-mengajar yang bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap baliknya (Feed Back) dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta internalisasi dan nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran active learning adalah salah satu cara atau model pembelajaran yang menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam setiap kegiatan belajar mengajar seoptimal mungkin, sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.

2.       Ciri-Ciri Model Pembelajaran Active Learning
Ada beberapa ciri yang terdapat dalam proses belajar mengajar aktif antara lain:
1.     Situasi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas, dan terkendali.
2.     Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.
3.     Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tetapi sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
4.     Hubungan guru dengan siswa sifatnya mencerminkan hubungan manusiawi yang sifatnya membimbing.
5.     Kegiatan belajar siswa bervariasi
6.     Belajar tidak hanya dilihat atau diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

Ciri-ciri di atas merupakan sebagian kecil dari hakikat belajar siswa aktif dalam praktek pengajaran. Untuk dapat mewujudkan ciri-ciri di atas perlu pemahaman dan pengaplikasian strategi mengajar yang baik.

3.       Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Active Learning
Berikut adalah beberapa strategi pembelajaran aktif untuk pelajaran PAI yang dicocokkan dengan karakteristik PAI, peserta didik, guru dan media atau alat peraga yaitu:
1.     JiQsaw (JiQsaw Learning)
Yaitu strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada kerjasama dan tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dan setiap peserta didik memikul suatu tanggung jawab yang sinifikan dalam kelompok.
Langkah-langkah penerapanya:
a.      Kelas diatur kedalam sejumlah kelompok kira-kira tiap kelompok ada enam anggota.
b.     Tugas diberi kedalam jumlah bagian yang sama dengan topik yang berbeda-beda.
c.      Di dalam tiap kelompok, setiap siswa meneliti satu dari pertanyaan yang berbeda-beda itu.
d.     Kelompok menugaskan tugas khusus untuk anggota-anggota kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok berunding diantara mereka mengenai siapa yang akan melakukan apa.
e.      Apa hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut, setelah selesai meneliti dan membacanya. Kemudian peserta didik disuruh menguraikan atau membacakan.

2.     Debat Aktif (Active Debate)
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama kalau peserta didik diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri. Strategi ini dapat diterapkan kalau guru hendak menyajikan topik yang menimbulkan pro kontra dalam mengungkapkan argumentasinya.
Banyak kecakapan hidup yang dapat dilatih dengan strategi ini antara lai kemampuan berkomunikasi dan mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain.
Adapun langkah-langkah penerapannya:
a.      Kembangkan sebuah pernyataan yang kontroversial yang berkaitan dengan materi perkuliahan
b.     Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok berperan sebagai pendukung”pro” dan kelompok lain menjadi penentang “kontra”.
c.      Minta setiap juru bicara masing-masing kelmpok untuk memaparkan argumantasinya.
d.     Setelah itu hentikan debat dan kembali ke kelompok. Setiap kelompok memilih jubirnya dan usahakan untuk bergantian.
e.      Lanjutkan kembali debat. Yang lain dapat memberikan catatan untuk mendukung argumantasi kelompoknya.
f.      Pada saat yang tepat akhiri debat, tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang
g.     Minta kepada peserta didik untuk mengidentifikasi argumen yang paling baik menurut mereka.

3.     Semua adalah Pendidik atau Guru (Everyone is Teacher Here)
Yaitu strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual dan juga untuk memberi kesempatan kepada sitiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Dengan strategi ini, diharapkan agar siswa yang pasif dapat ikut terlibat dalam pembelajaran aktif.
Berikut langkah-langkah penerapanya:
a.      Bagikan secarik kertas pada seluruh siswa. Setiap siswa diminta untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi yang sedang dipelajari di kelas atau sebuah topik khusus yang akan didiskusikan di dalam kelas.
b.     Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap siswa. Pastikan siswa tidak menerima tulisannya sendiri. Minta mereka membacakannya dalam hati serta mencari jawabannya.
c.      Minta siswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya.
d.     Setelah jawaban diberikan mintalah siswa lainnya untuk menambahkan dan lanjutkan sukarelawan berikutnya.

4.     Curah Pendapat (Brainstorming) dan Seleksi Pendapat (Elisitasi)
Yaitu strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud meminta peserta didik untuk mencurahkan pendapatnya atau memunculkan ide atau gagasan secara lisan. Curah pendapat dapat menjadi pembuka dari sejumlah kegiatan. Kegiatan ini perlu dikendalikan oleh pendidik tetapi tidak membatasi semua gagasan atau pendapat yang muncul dari peserta didik, kemudian di Elistasi atau dipilih jawabannya yang dianggap benar dan cocok.
Adapun Langkah-langkah penerapanya:
a.      Mulailah dengan mengajukan suatu ide atau gagasan.
b.     Peserta didik diminta menuangkan pendapatnya dengan cara menuliskan beberapa kata atau kalimat penting di papan tulis.
c.      Setelah ditemikan jawaban dari semua siswa, kemudian siswa diminta untuk menentukan menakah gagasan yang disetujui.
d.     Pendidik sudah memiliki kata kunci jawabannya.

5.     Studi Kasus
Metode studi kasus pertama-tama dipergunakan dalam bidang hukum yang kemudian dikembangkan pada bidang-bidang lain termasuk bidang pendidikan. Metode studi kasus bukan saja memberikan pengalaman dalam pengambilan keputusan, akan tetapi juga merangsang konseptualisasi yang didasarkan pada kasus individu. Metode kasus juga dapat merangsang diskusi dan interaksi dalam kelompok.
Langkah-langkah penerapannya:
a.      Pemilihan kasus. Kasus yang dipilih harus representatif dalam pemecahan suatu masalah sehingga banyak hala yang dapat dipelajari dari padanya.
b.     Membaca. Setiap murid perlu membaca semua catatan mengenai kasus tersebut secara mendalam.
c.      Analisis. Selama atau sesudah membaca setiap murid di sarankan untuk menganalisis kasus itu tahap demi tahap.
d.     Diskusi. Setelah penilaian kasus secara individual selesai, maka tiba saatnya bagi semua murid di kelas mempertukarkan kesimpulan dan pertimbangannya secara lisan mengenai kasus tersebut.

6.     Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. diskusi tidak sama dengan berdebat. diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.
a.      Segi positif dari metode diskusi yaitu:
1)     Suasana kelas hidup. Sebab anak-anak mengarahkan pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusika. Partisipasi anak dalam metode ini lebih baik.
2)     Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokratis, kritis, berpikir sistematis, sabar dan sebagainya.
3)     Kesimpulan-kesimpulan diskusi mudah dipahami anak karena anak didik mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
4)     Anak-anak belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu musyawarah yang sebenarnya.
b.     Segi negatif dari metode diskusi yaitu:
1)     Kemungkinan anak ada yang tidak aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
2)     Sulit menduga hasil yang akan dicapai, karena waktu yang digunakan untuk diskusi cukup panjang.


2 comments: