Pages

Tuesday, January 22, 2013

Metode Pembelajaran_Sistem Full Day School


Sistem Full Day School

Dalam suatu sistem terdapat input, proses dan output. Lembaga pendidikan sebagaiman organisasi yang lain disamping diawali dengan visi dan misi yang jelas, pada umumnya memiliki keteraturan manajemen yang baik.

Sistem, yaitu keterpaduan antara input, proses dan output yang sangat dibutuhkan oleh organisasi atau lembaga, karena mereka saling memiliki keteraturan dan keterkaitan antara satu dengan yang lain.[1]
Dengan mengacu pada usaha tersebut dalam meningkatkan input, proses dan output, maka diidentifikasikan dalam antara lain:
a.      Input, yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah siswa yang memiliki perbedaan baik dalam segi kemampuan intelektual maupun latar belakang sosial ekonominya untuk dikembangkan, dilatih dan dipersiapkan menjadi tebaga yang professional.
b.     Proses, yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah interaksi semua komponen yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam kaitan untuk mencapai tujuan. Yang termasuk kompoten yakni kurikulum (isi atau materi), strategi pembelajaran, saran dan prasarana (media pembelajaran). Untuk mencapai hasil yang maksimal dengan memberikan inovasi-inovasi baru.
c.      Output, yang dihasilkan dan diharapkan mempunyai kemampuan atau keahlian baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, sehingga dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dapat hidup lebih baik.

Full day school berasal dari bahasa Inggris, full artinya penuh, sedangkan day artinya hari.[2] Jadi full day school berarti suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah seharian penuh. Sedangkan sistem full day school yang dimaksud adalah model lembaga pendidikan yang memproses input (siswa) melalui proses pembelajaran yang maksimal baik kurikulum, strategi pembelajaran dengan model PAKEM, CTL yang didukung saran prasarana serta sumber daya manusia dengan pemenuhan kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan kondisi Madrasah dalam mencapai output (hasil) pendidikan yang maksimal dengan sistem pendidikan dan pengajarannya dilakukan lebih lama dibandingkan sekolah formal lainnya.
Sistem pembelajaran full day school merupakan salah satu inovasi baru dalam sistem pembelajaran dalam mengembangakan kreativitas yang mencakup integrasi dari kondisi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Format bermain diterapkan dalam sistem pembelajaran full day school dengan tujuan agar proses belajar mengajar dilakukan dengan penuh kegembiraan, sehingga guru menggunakan pembelajaran dengan model PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) dan CTL.
Adapun proses pembelajaran sistem full day school antara lain:
a.      Proses pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif, transformatif sekaligus intensif. Sistem persekolahan dan pola full day school mengindikasikan proses pembelajaran yang aktif dalam artian mengoptimalisasikan seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, sisi kreatif yakni sistem pembelajaran dengan sistem full day school terletak pada optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana sekaligus sistem untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusuf bagi pengembangan segenap potensi siswa. Adapun sisi trasformatif proses pembelajaran sistem full day school adalah proses pembelajaran itu diabdikan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadiaan siswa dengan lebih seimbang.
b.     Proses pembelajaran selama seharian penuh untuk melaksankan proses pembelajaran yang berlangsung aktif tidak dimaksudkan siswa belajar mengkaji, menelaah dan berbagai aktifitas lainnya tanpa mengenal istirahat, jika demikian yang terjadi maka proses tersebut bukanlah proses edukasi. Mereka membutuhkan relaksasi, santai dan lepas dari rutinitas yang membosankan, maka yang dimaksud adalah selama seharian penuh siswa melakukan aktivitas yang bermakna edukatif.[3]

Hasil sistem full day school dalam pendidikan agama Islam diformat untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ) dengan berbagai inovasi pendidikan yang efektif dan actual.[4]
Ketiga kecerdasan tersebut merupakan potensi yang harus ditumbuh kembangkan dalam artian manusia harus berusaha menemukan potensi dalam dirinya sebagai upaya optimalisasi pembentukan kepribadian Islam.[5]
Tujuan Sistem Full Day School
Adapun tujuan dilaksanakan sekolah dengan sistem full day school di sejumlah lembaga pendidikan antara lain:
1.      Sekolah yang hanya menggunakan half day school (sekolah setengah hari) tidak mampu menjamin kualitas lulusannya, sedikitnya waktu belajar di sekolah menjadi penyebabnya. Sekolah juga tidak mampu mengontrol aktivitas murid-muridnya setelah selesai waktu belajar, selain itu tidak membekali lulusannya dengan kecakapan individu karena misinya yang utama adalah optimalisasi IQ anak dengan ukuran ujian akhir.
2.      Masyarakat di perkotaan semakin disibukkan oleh tuntutan biaya hidup, maka para orang tua menjadi tidak sempat untuk mengawasi aktivitas anak-anaknya, akibatnya banyak terjadi tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak, malas belajar, kecanduan game dan kasus-kasus lainnya. Keberadaan full day school sangat membantu dalam megatasi problemproblem tersebut.
3.       Aktivitas anak yang kurang produktif diarahkan menjadi lebih produktif dengan menambah jam belajarnya lebih lama dari pada sekolah konvesional. Anak-anak dididik, diatur dan difasilitasi oleh sekolah, sebagai contoh sekolah yang berlabel Islam dengan model full day school menanamkan nilai-nilai ritual keagamaan dengan salat jama’ah setiap harinya, dengan adanya pembiasaan (reiforcement) akan timbul kesadaran untuk salat berjamaah tanpa di perintah, selain itu banyak pula kegiatan prospektif seperti pembelajaran bahasa asing dan aplikasi computer.[6]

Dengan diadakan sistem full day school dapat memanfaatkan waktu dengan sebaiknya, maka dapat memacu siswa untuk lebih giat belajar dan prestasi siswa akan meningkat sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai positif bagi mereka.

Keunggulan dan Kelemahan Sistem Full Day School
Sistem full day school mempunyai sisi keunggulan antara lain:
1.      Sistem full day school lebih memungkinkan terwujudnya pendidikan utuh.
Benyamin S. Blom menyatakan bahwa sasaran (obyectivitas) pendidikan meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena melalui sistem asrama dan pola full day school tendensi ke arah penguatan pada sisi kognitif saja dapat lebih dihindarikan, dalam arti aspek afektif siswa dapat lebih diarahkan demikian juga pada aspek psikomotoriknya.
2.      Sistem full day school lebih memungkinkan terwujudnya intensivikasi dan efektivitas proses edukasi.
Full day school dengan pola asrama yang tersentralisir dan sistem pengawasan 24 jam sangat memungkinkan bagi terwujudnya intensivikasi proses pendidikan dalam arti siswa lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai dengan misi dan orientasi lembaga bersangkutan, sebab aktivitas siswa lebih mudah terpantau karena sejak awal sudah diarahkan.
3.      Sistem full day school merupakan lembaga yang terbukti efektif dalam mengaplikasikan kemampuan siswa dalam segala hal, seperti aplikasi PAI yang mencakup semua ranah baik kognitif, afektif maupun psikomotorik dan juga kemampuan bahasa asing.[7]

Namun demikian juga sistem pembelajaran model full day school ini tidak terlepas dari kelemahan atau kekurangan antara lain:
1.      Sistem full day school acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa, maka sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten dalam batas tertentu akan meyebabkan siswa menjadi jenuh. Namun bagi mereka yang telah siap, hal tersebut bukan suatu masalah, tetapi justru akan mendatangkan keasyikan tersendiri, oleh karenanya kejelian dan improvisasi pengelolaan dalam hal ini sangat dibutuhkan. Keahlian dalam merancang full day school sehingga tidak membosankan.
2.      Sistem full day school memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen bagi pengelola, agar proses pembelajaran pada lembaga pendidikan yang berpola full day school berlangsung optimal, sangat dibutuhkan perhatian dan curahan pemikiran terlebih dari pengelolaannya, bahkan pengorbanan baik fisik, psikologis, material dan lainnya.
3.       Sistem full day school hanya menitik beratkan pada pengembangan intelektual quantient (IQ), model pendidikan full day school tidak secara holistik mengembangkan IESQ anak didik karena banyak persoalan yang pemecahannya tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual, tapi juga kecerdasan emosi dan spiritual, untuk itu semua pihak sekolah yang mengembangkan sistem full day school harus berupaya memberikan keseimbangan terhadap kecerdasan lainnya di luar kecerdasan intelektual yang dibutuhkan anak didik dalam perkembangan menjadi seseorang yang memiliki kepribadian yang utuh.[8]

Sistem full day school dapat diwujudkan dengan adanya pihak sekolah harus bisa berkerjasama dengan orang tua, sehingga menjadi tim yang saling melengkapi, misalnya dalam mengasah kecerdasan emosional dan spiritual anak  merupakan tanggungjawab orang tua, untuk mengasah kecerdasan intelektual anak menjadi tanggungjawab sekolah karena sekolah tentu yang lebih mampu.[9]
Dengan diterapkanya sistem full day school diharapkan peserta didik dapat memperoleh:
a)      Pendidikan umum yang antisipatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b)     Pendidikan keIslaman (al-Qur’an, Hukum Islam, Aqidah dan wawasan lain) secara layak dan proposional;
c)     Pendidikan kepribadian yang antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi;
d)     Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler;
e)      Perkembangan bakat, minat dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui pemantauan psikologis;
f)      Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin kerena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama, terencana dan terarah;
Anak mendapatkan pelajaran dan bimbingan ibadah praktis (doa-doa keseharian, sholat, mengaji al-Qur’an).[10]


[1] Agus Eko Sujianto, Penerapan Full day School Dalam Lembaga Pendidikan Islam. (Jurnal pendidikan. Ta’allim. Vol 28. No 2, Nopember 2005 Tulungagung ),. hlm. 200
[2] Pilus. A.P.M Dahlan Barry, Kamus Ilmiyah popular, (Surabaya: Arkola, 1995), hlm.154
[3] Nor Hasan, Full day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). (Jurnal pendidikan. Tadris. Vol 1. No 1, 2006 ), hlm. 110-111
[4] Agus Eko Sujianto. Op.Cit,. hlm: 201
[5] Futiati Romlah. Profesionalisme Guru dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa. (Jurnal Cendikia: Kependidikan dan Masyrakat . Vol.3 No 1. Januari-Juni, 2005), hlm. 76
[6] Nanang Syafi’udin. Menanamkan Nilai-Nilai spiritual Sejak Dini. (Jawa Pos dalam Prokon Aktivis, Sabtu 17 Maret 2007), hlm.4
[7] Nor Hasan, Full day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing). (Jurnall Pendidikan. Tadris. Vol 1. No 1, 2006 ), hlm. 114-115
[8] Ibid,. hlm. 116
[9] Chistina Esti Susanti. Neraca Pendidikan Model Full Day School. (Jawa Pos dalam Prokon Aktivis, Selasa 13 Maret 2007), hlm.4
[10] Agus Eko Sujianto, Penerapan Full day School Dalam Lembaga Pendidikan Islam. (Jurnal pendidikan. Ta’allim. Vol 28. No 2, Nopember 2005 Tulungagung ) hal: 204

0 comments:

Post a Comment