HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. KONSEP
PEMBELEJARAN CTL
Pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat lingkungan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannnya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Nurhadi, 2002)[1]
melalui pendekatan CTL, megajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan mengahafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untukmencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.
melalui pendekatan CTL, megajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan mengahafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untukmencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.
Contextual
teaching and learning enables students to correct the content of academic
subject with the immediate context of their daily lives to discover meaning. It
enlarges tehir personal context furthermore, by providing students withfresh
experince tahat stimulate the brain to make new connection and consecuently, to
discover new meaning. (Johnson, 2002).
CTL
adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa
menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagaikonteks dalam dan
luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata,
baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Pendekatan
kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar
siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih
bersifat kongkrit (terkait dengan kehidupan nyata) melelui pelibatan aktivitas
belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing).[2]
B. KOMPONEN
CTL
Komponen
CTL menurut (Johnson B. Elaine, 2002), meliputi:
1) Menjalin
hubungan-hubungan yang bermakna (Making meaningful connections),
2) Mengerjakan
pekrjaan-pekerjaan yang berarti (Doing significant work),
3) Melakukan
proses belajar yang diatur sendiri (Self-regulated learning),
4) Mengadakan
kolaborasi (Collaborating),
5) Berfikir
kritis dan kreatif (Critical and creatif thinking),
6) Memberikan
layanan secara individual (Nurturing the individual),
7) Mengupayakan
pencapaian standar yang tinggi (Reaching high standar),
8) Menggunakan
assesmen otentik (Using assesment).
C. KARAKTERISTIK
CTL
Karakteristik
pendekatan CTL ditandai oleh tujuh hal utama, yaitu:
1) Konstruktivisme
(Construktivisme),
2) Menemukan
(Inquiry),
3) Bertanya
(Questioning),
4) Masyarakat
Belajar (Learning Community),
5) Pemodelan
(Modeling),
6) Refleksi
(Reflection),
7) Authentic
Assesment.[3]
D. SKENARIO
PEMBELAJARAN CTL
Pada
intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Langkah
pertama, mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan
belajar lebih bermakna dengan apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang
harus akan dimilikinya,
2. Langkah
kedua, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk
semua topik yang diajarkan,
3. Langkah
ketiga, mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui
memunculkan pertanyaan-pertanyaan,
4. Langkah
keempat, menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui
kelompok diskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.
5. Langkah
kelima, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran,
bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya,
6. Langkah
keenam, membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari
setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan,
7. Langkah ketujuh, melakukan penilaian secara objektif, yaitu melalui
kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.[4]
0 comments:
Post a Comment