Metode
Demonstrasi
1.
Pengertian Metode Demonstrasi
Sebelum
mengarah pada definisi metode demonstrasi maka penulis akan memberikan
pengertian tentang apa itu metode. Metode adalah suatu cara atau alat untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga dengan metode, maka semua tujuan dan
harapan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut
Arief, kata metode berasal dari bahasa yunani “metodos”. Kata ini terdiri dua
kata: yaitu “mitha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti
jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.[1]
Adapun
metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk meperlihatkan bagaimana melakukan
sesuatu kepada anak didik. Dengan metode demonstrasi guru atau siswa
memperlihatkan pada seluruh anggota kelas sesuatu proses, misalnya bagaimana
tata cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.[2]
Zuhairini
mengatakan metode demonstrasi suatu metode mengajar di mana seorang guru atau
orang lain yang sengaja diminta atau siswa sendiri memperlihatkan pada seluruh
anggota kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.
Misalnya proses cara melakukan wudhu, proses cara melakukan shalat jenazah dan
sebagainya. Dalam Pendidikan Agama Islam tidak semua masalah dapat
didemonstrasikan, misalnya masalah aqidah, malaikat, surga, neraka, adanya
siksa kubur dan sebagainya. Metode demonstrasi banyak digunakan dalam bidang
ibadah dan akhlak.[3]
Di
dalam metode demonstrasi cukup baik apabila digunakan di dalam penyampaian
bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaimana cara berwudhu, shalat, memandikan
orang mati, thawaf pada waktu haji, dan yang lainnya.
2.
Aspek Penting dalam Metode Demonstrasi
Dalam
setiap metode mempunyai aspek-aspek tertentu, yang mana aspek tersebut dalam
menggunakan suatu metode harus diperhatikan sehingga tujuan atau penerapan
suatu metode dapat teraplikasikan sesuai dengan tujuan. Adapun aspek yang
penting dalam menggunakan metode
demonstrasi
adalah:
1.
Demonstrasi
akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak
bisa diamati dengan seksama oleh siswa.
Misalnya
alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
2.
Demonstrasi
menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri
dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang
berharga.
3.
Tidak
semua hal dapat didemonstrasikan di kelas sebab alat-alat yang terlalu besar
atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4.
Hendaknya
dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis.[4]
3.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Dalam
setiap metode mempunyai kelebihan beserta kekurangan, seperti dalam metode
demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode yang tidak selalu memberikan
kontribusi yang baik pada setiap mata pelajaran karena tidak semuanya materi
dapat didemonstrasikan.
Adapun
kelebihan serta kekurangan metode demonstrasi akan dipaparkan di bawah ini.
a.
Kelebihan
metode demonstrasi adalah:
1.
Perhatian
anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru
dapat diamati.
2.
Perhatian
anak didik akan lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan, jadi proses anak
didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada
masalah lain.
3.
Dapat
merangsang siswa untuk lebih aktif mengikuti proses belajar.
4.
Dapat
menambah pengalaman anak didik.
5.
Bisa
membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang disampaikan.
6.
Dapat
mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran lebih jelas dan konkrit.
7.
Dapat
menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut
serta berperan secara langsung.
Setelah
melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka dalam
bidang studi agama, banyak yang dapat didemonstrasikan terutama dalam bidang
ibadah, seperti pelaksanaan shalat, zakat, beberapa pelaksanaan rukun haji dan
lain-lain.
Apabila
teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik,
maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Atau dapat juga
dilakukan guru memilih seorang murid yang paling terampil, kemudian di bawah
bimbingan guru disuruh mendemonstrasikan cara shalat yang baik di depan
teman-teman yang lain.
Tindakan
mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan
yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada
anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.[5]
b.
Dari
segi kelemahan atau metode demonstrasi adalah:
1.
Memerlukan
waktu yang cukup banyak.
2.
Apabila
terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.
3.
Memerlukan
biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya.
4.
Memerlukan
tenaga yang tidak sedikit.
5.
Apabila
siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.
Menurut
Zuhairini kekurangan dan kelebihan dalam metode demonstrasi adalah:
1.
Dengan
metode ini anak-anak dapat menghayati dengan sepenuh hatinya mengenai pelajaran
yang diberikan.
2.
Memberi
pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemauan anak.
3.
Dengan
metode ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hati anak-anak
dapat langsung terjawab.
4.
Akan
mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena anak mengamati langsung
terhadap suatu proses.[6]
Sedangkan
segi negatif dari metode demonstrasi adalah:
1.
Dalam
pelaksanaan metode demonstrasi biasanya memerlukan waktu yang banyak (panjang).
2.
Apabila
sarana peralatan kurang memadai atau alt-alatnya tidak sesuai dengan kebutuhan,
maka metode ini kurang efeketif.
3.
Metode
ini sukar dilaksanakan apabila anak belum matang untuk melaksanakan
demonstrasi.
4.
Banyak
hal-hal yang tidak dapat didemonstrasikan dalam kelas.
[1]
Arief,
Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
2002. hlm:56
[2]
Dardjat,
Zakiah. Op.Cit. hlm: 296
[3]
Zuhairini,
dkk. Op Cit.hlm: 94
[4]
Arief.
Armai, Op Cit .hlm:47
[5]
Proyek
Pembinaan dan Sarana Perguruan Tinggi Agama. Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam Jakarta 1985. hlm: 233
[6]
Zuhairini,
dkk., Op Cit. hlm: 95
0 comments:
Post a Comment